Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Rindu yang 'Bijingin'!

Rindu yang 'Bijingin'! Karya : Azhar Azizah , penyuka kopi, kiri dan melankolis.- Aku duduk sendiri Diantara batu-batu pualam yang menjulang tinggi dan sunyi Diantara hilir angin yang riuh kesana-kemari Dan diantara kehampaan yang tak bertepi Dengan seulas puisi menyayat hati. Pekat, sekat, dan teringat Sajak-sajak yang ku cumbu pada malam jumat Melihat senyum dan jemarimu yang begitu melekat Meriuhkan rindu yang gaduh dan menyengat Gawat, ruangmu kembali menyekat. Aku mencari-cari dalam gelap Namun kembali berbalik tak ingin berharap Suaramu yang pergi semakin senyap Kini riuh kembali, menyekap dekap tubuhku dalam lekat Aku memberontak,  Namun tak ada daya untuk bergerak Aku dirundung sesak. Di penghujung ragu Rinduku tetap mengebu Kepada dirimu yang tak pernah tertuju Dari diriku yang munafik dan malu-malu . #untukdoiyanggakpernahtertuju #bisanyabikinngebatindoang #hiyahiyahiya

Islam dalam Konteks Keindonesiaan

     Islam dalam Konteks Keindonesiaan Penulis : Azhar Azizah, Mahasiswi Studi Agama-agama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Konteks keberhasilan Islam dalam nuansa keindonesiaan baru menyebar setelah runtuhnya rezim orde baru. Berbagai macam metode dakwah Islamiyyah mulai bermunculan dan merupakan suatu bentuk respon terhadap goresan sosial, politik, dan ekonomi yang dialami bangsa Indonesia dan diaplikasikan ke dalam bentuk formalisasi syari'at Islam. Maka setelah itu, berkembanglah formalisasi syari'at Islam yang semakin timbul di wilayah Indonesia kala itu. Namun dibalik keberhasilan syari'at Islam sebagai sebuah solusi justru malah berpotensi menimbulkan berbagai problem dalam aspek keindonesiaan, yang turut mempengaruhi aspek budaya. Misalnya, pakaian adat yang merupakan corak khas Indonesia mulai terpinggirkan dengan meningkatnya penggunaan identitas ke-arabian seperti jilbab. Pakaian adat sesekali muncul jika dalam acara-acara tertentu saja, mi...

Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Anarkis

Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Anarkis. Karya : Azhar Azizah , penyuka kopi, kiri dan melankolis.- Tuhan, malam ini aku agak melankolis Asap-asap mobil dan motor yang mengepul di jalanan Rasanya membuatku ingin mengadu dalam sepucuk premis yang gaduh tak karuan Melihat budak-budak dekil yang meminta saweran Melihat gembel-gembel yang memakan nasi basi di emper jalan Semuanya kumuh, tapi begitu mesra. Tuhan, rasanya sesak sekali Melihat semesta memainkan drama dengan rapih Melihat orang-orang yang bangga dengan sebuah nama Melihat orang-orang perut buncit yang makan dengan lahap Sementara disini aku melihat kaum-kaum sudra yang berserak dimana-mana Mencari secuil nasi di tong dan gerobak sampah masyarakat Memakannya dengan lahap Kelu, lidahku kelu. Cekat, tenggorokkanku tercekat. Aku mengadu dalam kepiluan Aku mengadu dalam kehampaan Aku mengadu dalam nelangsa Aku mengadu dalam ringkih Aku mengadu dalam temaram Aku mengadu pada jiwaku yang dalam. Lelah, letih, dan terus dalam pemberontakan ...

Kesesatan Generalisasi

Kesesatan Generalisasi Penulis : Hany Fatihah Ahmad, Mahasiswi Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kalian pasti pernah mendengar seorang teman yang mengatakan  “semua perempuan Sunda sudah pasti cantik deh”, padahal ia hanya pernah menemui beberapa perempuan Sunda. Jika ada seorang teman yang mengatakan hal semacam itu, tandanya ia telah melakukan generalisasi. Tetapi, ia melakukan kesesatan dalam men-generalisasi suatu keadaan. Karena pernyataan “semua perempuan Sunda sudah pasti cantik” diambil secara tergesa-gesa, sedangkan fakta bahwa ia hanya pernah menemui beberapa  perempuan Sunda, yang dijadikan dasar tidak cukup mendukung pernyataan tersebut. Ia belum melakukan observasi terhadap semua perempuan Sunda, sehingga pernyataanya tidak bisa dipertanggung jawabkan dan memiliki probabilitas yang rendah.  Menurut KBBI, Generalisasi adalah, (1) Perihal membentuk gagasan atau simpulan umum dari suatu kejadian, hal, dan sebagainya,...

Mengulik Emansipasi Wanita dalam Novel Karya Pramoedya Ananta Toer Untuk Memperingati Hari Kartini

Mengulik Emansipasi Wanita dalam Novel Karya Pramoedya Ananta Toer Untuk Memperingati Hari Kartini Penulis : Azhar Azizah , Mahasiswi Studi Agama-agama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kalau kita berkaca di era zaman kolonialisme, tentu kita melihat perempuan hadir sebagai kaum yang inferior (lemah). Rasanya untuk memperjuangkan atau memerdekakan haknya sendiri bahkan sangat sulit untuk dilakukan. Pekerjaan mereka tak lebih dari 3M (memasak, mencuci, dan melayani kaum pria), khususnya para Nippon yang pernah hadir sebagai penguasa paling kejam di tanah pertiwi ini. Perempuan kala itu tak lebih dari seorang budak yang melayani para Tuannya (Dai Nippon). Janji-janji Jepang yang licik yang dilakukan dari mulut ke mulut untuk memberi kesempatan belajar kepada gadis-gadis pribumi agar dibawa ke Tokyo dan Shonanto (Singapura) tak lebih hanya omong kosong. Nippon juga rupanya memberikan janji kepada mereka bahwa sekembalinya dari pendidikan, mereka akan mendapatkan kedudu...