Kesesatan Generalisasi
Penulis : Hany Fatihah Ahmad, Mahasiswi Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kalian pasti pernah mendengar seorang teman yang mengatakan “semua perempuan Sunda sudah pasti cantik deh”, padahal ia hanya pernah menemui beberapa perempuan Sunda. Jika ada seorang teman yang mengatakan hal semacam itu, tandanya ia telah melakukan generalisasi. Tetapi, ia melakukan kesesatan dalam men-generalisasi suatu keadaan. Karena pernyataan “semua perempuan Sunda sudah pasti cantik” diambil secara tergesa-gesa, sedangkan fakta bahwa ia hanya pernah menemui beberapa perempuan Sunda, yang dijadikan dasar tidak cukup mendukung pernyataan tersebut. Ia belum melakukan observasi terhadap semua perempuan Sunda, sehingga pernyataanya tidak bisa dipertanggung jawabkan dan memiliki probabilitas yang rendah.
Menurut KBBI, Generalisasi adalah, (1) Perihal membentuk gagasan atau simpulan umum dari suatu kejadian, hal, dan sebagainya, (2) Penyamarataan. Adapun menurut ilmu logika, pengertian generalisasi yang sudah saya sederhanakan dari tulisan Dr. Fariz Pari, M. Fils , Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul Ilmu Logika, bahwa Generalisasi adalah proses berfikir manusia memprediksi kejadian yang akan datang berdasarkan pengalaman yang sama berulang kali terhadap realitas objek yang sama.
Sedangkan Generalisasi yang dipahami oleh sebagian masyarakat kita hanyalah penyamarataan, dalam arti 'Penyamarataan terhadap fenomena satu dengan fenomena lainnya.' Kasarnya, sebagian masyarakat menganggap generalisasi mempunyai arti yang dekat dengan cocoklogi. Sehingga generalisasi selalu memiliki makna yang peyoratif. Padahal, generalisasi sendiri merupakan ‘proses berfikir’ yang wajar dilakukan oleh manusia walaupun kebenaran yang dihasilkan bukanlah kebenaran mutlak. Kebenaran yang dihasilkan dari proses men-generalisasi tidak pernah mencapai kebenaran mutlak. Tetapi kebenaran yang memiliki probabilitas tinggi atau rendah. Tentu akal kita dapat menentukan kebenaran manakah yang memiliki probabilitas tinggi dan probabilitas rendah setelah nantinya akan melakukan proses generalisasi.
Untuk mengukur tinggi atau rendah nya probabilitas kebenaran, dapat dianalisa dari fakta yang dijadikan dasar seseorang melakukan generalisasi. Contoh dalam men-generalisasi yang tepat ialah ketika para ilmuwan fisika dan kimia sepakat mengatakan bahwa “semua logam akan memuai jika dipanaskan”, tentu saja para ilmuwan sudah melakukan observasi dan melalui banyak penelitian terhadap semua jenis logam. Dan memang terbukti semua jenis logam akan memuai jika dipanaskan walaupun harus dipanaskan dengan suhu yang berbeda-beda. Sehingga pernyataan para ilmuwan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
Jadi, jangan pernah mengatakan “ih gaboleh men-generalisasi” , tapi katakan “fakta yang dijadikan dasar men-generalisasi kamu belum tepat”. Mulailah men-generalisasi dengan fakta-fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, supaya makna generalisasi tidak terdengar dekat dengan cocoklogi dan hal-hal negatif lainnya.
#cocoklogiterm
#kesesatangeneralisasi
Referensi : Ilmu Logika - Dr. Fariz Pari, M. Fils
Kita dibodihi oleh asumsi, dan mitosnya janji-janji.😉
BalasHapus