Langsung ke konten utama

Postingan

Bedah Buku: Integrasi Ilmu

  Integrasi Ilmu, Mulyadhi Kartanegara - Sebuah Rekonstruksi Holistiks sebuahresensi buku, karya abal-abal - Azhar Azizah Dalam hal ini basis sebagai dasar atau asas antara ilmu-ilmu agama dan juga ilmu-ilmu umum adalah satu dan sama, hal ini telah banyak di jelaskan dalam bab sebelumnya tentang teori wahdah al-wujud Mulla Sadra. Perbedaan yang terjadi diantara ilmu-ilmu agama dan juga ilmu-ilmu umum hanya sebatas pada pemilahan semata bukan pemisahan apalagi mengakibatkan pada penolakan ilmu-ilmu tersebut satu sama lain. Tujuan dilakukannya pemilahan ini menurut Mulyadi adalah bahwa ilmu-ilmu agama dapat menuntun kehidupan ruhani manusia sedangkan ilmu-ilmu umum dapat membimbing kehidupan duniawi manusia yang keduanya sama-sama penting dan bermanfaat.  Get it on below. Free!⏬ https://bit.ly/BedahBukuIntegrasiIlmu  
Postingan terbaru

3 Puisi Melankolik

1. Puisi dan Tarian Revolusi, 2020 Puisi adalah tarian sufi Atau jiwa anarkis yang murni Mengandung nada melankolik Atau nada-nada keresahan Sama seperti lagu-lagu Linkin Park, The Beatles, Oasis, Nirvana, One Ok Rock, Joan Baez dan John Denver Atau di sela-sela kalimat revolusi yang indah, Keras Marah Yang harmoni. Puisi adalah ekspresi jiwa yang abadi Ia adalah kalimat yang tergesa-gesa dalam menuangkan sebuah syair Lalu penyair adalah orang yang jujur Peka Emosional Kadang pula tempramental Tapi demi menciptakan puisi yang hidup Kadang gairah pemberontakan diperlukan Puisi adalah revolusi kesadaran Ia adalah ledakan granat Ia juga adalah pekik pemberontakan Atau darah perjuangan  Atau realitas yang sepenuhnya harus dilampiaskan Ia adalah kalimat pembebasan Kalimat penghayatan Dari segala cengkraman alam Penat Jenaka Bosan Dan risau  Di hadapan dunia yang telanjang, Kita diam-diam dan saling berbisik pada sebuah "kegaguman" Dalam sebuah buku puisi yang lusuh, bau namun teta...

Surat untuk Bapak

  Sebuah Perdebatan bersama Bapak : Nikah beda Agama Malam ini seharusnya saya melanjutkan kegiatan mengaji. Tetapi karena pikiran saya penuh dengan perdebatan tadi, saya alihkan mengajinya dalam bentuk menulis opini. Karena percuma kurang baik, disamping kita ngaji, tapi pikiran kita sliweran kemana-mana, 'dahulukan yang paling menganggu pikiranmu' begitulah yang dikatakan Al-Qur'an. Awal perdebatan ini sebenarnya dari obrolan random, dimana Bapak saya membahas pernikahan beda agama yang dilakukan oleh Shahrukh Khan dan istrinya yang beragama Hindu. Ia mengatakan bahwa pernikahan seperti itu apalagi sampai punya anak, maka absolut dinyatakan "zina", dia pun memperkuat argumennya dengan mengatakan "itu udah ada loh di Al-Qur'an, dan orang-orang kayak gitu murni masuk neraka". Saya tiba-tiba menjadi heran, bukannya gimana-gimana atau bukannya saya merasa sok benar, tapi kok ada ya orang yang sok tau, sekalipun itu Bapak kandung sendiri wkwk. Ya akhirn...

Awas Toxic!! - Intimate Partner Violence

Stop Kekerasan! "sebuah jurnal  Intimate Partner Violence, karya Penulis abal-abal - Azhar Azizah" Kekerasan pada hakikatnya bisa terjadi dalam jangka waktu dan ruang apa saja. Salah satu yang menjadi ciri khas kekerasan, adalah adanya kekerasan dalam suatu hubungan. Entah itu hubungan dengan orangtua atau keluarga, hubungan dengan teman, ataupun hubungan dengan pasangan bahkan kekerasan seksual. Kekerasan bagaimanapun bukanlah esensi mendidik paling baik, kekerasan bagaimanapun adalah penyebab dari rasa trauma. Kekerasan tidak identik dengan kekerasan fisik juga. Tapi kekerasan yang paling bahaya, adalah kekerasan yang halus yang mengancam dan mematikan psikis seseorang secara perlahan. Kekerasan bagaimanapun harus dihancurkan. Dunia yang harmonis sejatinya adalah cita dan cinta yang harus di tegakkan. Namun dunia seperti itu hanyalah utopia. Namun kita masih bisa untuk mengendalikan dan berkata "Stop!" pada kekerasan. Bahkan Anarkisme sendiri mengancam dan mengutu...

Post-Mo : A World We Need

Modern Art Abstract Post Modern Art Oleh: Alfredo Garcia The Blond Bombshell 9 Penulis : Azhar Azizah, penyuka kopi, kiri dan melankolis.- Sebenarnya, sekarang ini kita hidup di zaman apa? Saat ini kita hidup dalam keadaan yang huru-hara, yang serba canggih, serba modern. Orang-orang setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik berlalu-lalang mencari atau sengaja mencari kesibukan ke segala arah, ke segala penjuru. Setiap hari orang-orang bereksistensi (mengada) pada apa yang dilakukannya. Namun ini semua tidak membawa hasil yang maksimal, hasil yang memuaskan penuh bagi dirinya. Ini hanya bersifat sementara, namun setiap orang selalu membutuhkannya.  Demi bisa hidup di zaman seperti ini. Setiap orang tak lagi memikirkan esok ingin makan apa, harga beras, minyak, sayur, dan garam di pasar, tetapi setiap orang lebih memikirkan harga kuota internet, harga baju di toko online, harga sepatu, handphone, dan outfit lainnya supaya terlihat trendy. Setiap orang tak mau tenggelam da...

Sang Penyair

  Sang Penyair Aku titip surat pada semesta Yakinlah, Kau menemukan sang penyair di antara tanda-tanda alam Di antara tanda-tanda kesunyian Di antara akar rumput ilalang Di antara cahaya kunang-kunang Di antara riuhnya ombak dan tingginya pendakian Yang mesra Yang kau sendiri sulit menerka Mengajakmu mengolah pada kata-kata  Dalam bahasa-bahasa yang misteri Dan membuatmu bersedih seri Aku titip salam, Pada air hujan Pada angin malam Pada sepotong rembulan Pada buku-buku di rak lemari rumah Pada bait-bait pemberontakan yang sunyi Pada semangkuk mie instan Pada secangkir kopi panas Pada tulisan-tulisan yang tersimpan rapih Yang semuanya adalah satu kombinasi daripada sang penyair Kau akan menemukannya Sekalipun ia tak akan muncul di hadapmu Tapi yakinlah, Derap langkahnya akan mendekat Jika kau mengenali tanda-tandanya Ia mungkin memang belum pulang Tapi ia sedang singgah sebentar Entah sebentar atau bahkan tak pulang.. Namun yakinlah, Kau akan menyapanya kembali Di suatu tempat...

Penyair Belum Pulang

  Penyair Belum Pulang Nyiur pantai yang meliuk kesana-kemari Sorot senja yang menatap lebam sejak tadi Ombak tenang, Laut biru sepanjang garis pantai Kawah megah bukit Rinjani Oh Rinjani? Penyair itu tersenyum kecil Kabut dingin yang membentang di sepanjang perjalanan Meriuhkan tulang-tulang yang kedinginan Meriuhkan haru yang berantakan Tak ada selimut atau jas hujan Tak ada tawa anak-anak yang bermain di sepanjang garis pantai Meringkuk bersama keresahan yang berlalu lalang Mengeratkan segala yang mengental Dalam lubuk hati. Ada kesunyian yang menjalar Seperti ubi-ubian di pekarangan rumah Tumbuh mesra bersama kata-kata Yang matang di antara bait-bait kehancuran Menegakkan kembali pilu Semerbak wangi haru yang mengilu Pada wajah kebimbangan yang mesra Pada wajah kelebaman yang tertera Mencium pucuk-pucuk kesenyapan Membiarkan angin pantai meniupkan inersia yang melekat Dalam garis matanya yang sayup merekah Dan gugusan gunung yang menjulang Ada kemegahan yang melingkar Keharuan ...