Penyair Belum Pulang
Nyiur pantai yang meliuk kesana-kemari
Sorot senja yang menatap lebam sejak tadi
Ombak tenang, Laut biru sepanjang garis pantai
Kawah megah bukit Rinjani
Oh Rinjani? Penyair itu tersenyum kecil
Kabut dingin yang membentang di sepanjang perjalanan
Meriuhkan tulang-tulang yang kedinginan
Meriuhkan haru yang berantakan
Tak ada selimut atau jas hujan
Tak ada tawa anak-anak yang bermain di sepanjang garis pantai
Meringkuk bersama keresahan yang berlalu lalang
Mengeratkan segala yang mengental
Dalam lubuk hati. Ada kesunyian yang menjalar
Seperti ubi-ubian di pekarangan rumah
Tumbuh mesra bersama kata-kata
Yang matang di antara bait-bait kehancuran
Menegakkan kembali pilu
Semerbak wangi haru yang mengilu
Pada wajah kebimbangan yang mesra
Pada wajah kelebaman yang tertera
Mencium pucuk-pucuk kesenyapan
Membiarkan angin pantai meniupkan inersia yang melekat
Dalam garis matanya yang sayup merekah
Dan gugusan gunung yang menjulang
Ada kemegahan yang melingkar
Keharuan yang membentang
Laut yang tenang, begitu dalam
Dan penyair berdiri disana
Dengan kapalnya seorang diri
Masih betah menyendiri
Dan belum pulang kerumahnya sedari tadi.
picture by : Google
Komentar
Posting Komentar