Langsung ke konten utama

Mythical Wonder of the Protocols of the Elders of Zions


Mythical Wonder of the Protocols of the     Elders of  Zions
Keajaiban Mitos dari Protokol Tetua Zion

Penulis : Azhar Azizah, Mahasiswi Studi Agama-agama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sebelum masuk ke dalam pembahasan, terlebih dahulu kita harus mengenal empat hal yang ada dalam tradisi Yahudi. Yaitu, (1) apa itu Yahudi? (2) apa itu Ibrani? (3) Apa itu Israel? Dan (4) apa itu agama Yahudi? 

Yahudi adalah sebuah nama yang merujuk pada istilah sebuah agama, etnis, atau suku bangsa. Adapun pendapat lain sering menyebutkan bahwa Yahudi pada dasarnya adalah merujuk pada sebuah nama yang belakangan dikenalkan kepada orang Yahudi yang berada di wilayah kerajaan Yehuda atau orang-orang yang berada dalam pembuangan kerajaan Yehuda. Sedangkan Ibrani adalah latar belakang kebangsaan Abram/Abraham/Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Yahudi (The Patriarhs). Adapun Israel sendiri pertama kali dinisbatkan kepada Jacob/Yakub dengan mengandung dua arti, yaitu : Dia yang dekat atau bercengkrama dengan Tuhan (the one who wrestied with God) atau kesayangan Tuhan (the Champion of God), dan Dia yang berjalan pada malam hari (Isra) karena Jacob konon sering melakukan perjalanan pada malam hari untuk menghindari para musuhnya. Israel juga bisa diartikan sebagai sebuah bangsa. Adapun perlu kita ketahui bahwa ada 12 anak keturunan Jacob/Yakub atau anak-keturunan Israel yang sekarang dikenal dengan 12 suku bangsa Israel. Sedangkan agama Yahudi adalah agama monoteis yang khusus berlaku hanya bagi keturunan kaum bangsa Yahudi, yang masuk ke dalam agama Abrahamik yang paling tua. Agama yahudi dalam hal ini juga merupakan akar dari dua agama besar di dunia (Islam dan Kristen). Selain itu peran politik Yahudi dalam kancah dunia cukup menonjol dan menjadi sorotan dunia yang memicu beragam kontroversi, terutama perannya dalam berbagai konflik yang terjadi di Timur Tengah, khususnya di Palestina. Dan inilah akibat dari awal mula adanya Mythical Wonder of the Protocols of the Elders of  Zions (Keajaiban Mitos dari Protokol Tetua Zion).

Seperti yang kita ketahui dari namanya Mythical Wonder of the Protocols of the Elders of  Zions yang merujuk pada The Protocols of the Elders of Zions artinya adalah Protokol Para Tetua Sion. Apa itu Tetua? Dalam tradisi litelatur Yahudi, Tetua ini diartikan sebagai orang-orang Yang Terpelajar, atau dalam pengertian yang lain protokol ini juga diartikan sebagai Protokol para Bijak Sion yang merupakan sebuah teks yang konon menggambarkan sebuah rancangan oleh orang-orang Yahudi untuk mencapai dominasi global. 

Protokol dalam pembahasan pada kali ini perlu diketahui adalah sebuah karya yang sepenuhnya ditulis secara fiksi, dalam arti protokol tersebut sengaja ditulis untuk menyalahkan atau mengkambinghitamkan kaum Yahudi atas berbagai alasan. Mereka yang menyebarluaskan mengklaim bahwa tulisan tersebut mendokumentasikan konspirasi Yahudi untuk menguasai dunia. Padahal, menurut fakta yang sebenarnya adalah bahwa Konspirasi itu tidak pernah ada. Tujuan utama pembuatan Protokol pada dasarnya adalah untuk mencapai persetujuan dan berlaku secara luas. Dan perlu di garis bawahi bahwa Protokol ini merupakan sebuah publikasi yang disebarluaskan oleh orang-orang yang antisemit dan paling terkenal yang paling luas mendistribusikannya di era modern. Adapun kebohongan dalam buku itu tentang kaum Yahudi sendiri, yang terus-menerus didiskreditkan, beredar hingga sekarang, khususnya melalui Internet. Individu dan kelompok yang memanfaatkan Protokol semuanya disatukan oleh tujuan yang sama, yaitu: menyebarkan kebencian tentang Yahudi.

Protokol ini secara luas dianggap sebagai permulaan dari literatur teori persekongkolan masa kini yang mengambil bentuk sebuah pedoman instruksi kepada seorang anggota baru dari para "Tetua," yang menggambarkan bagaimana mereka akan mengelola dunia melalui pengendalian terhadap media dan keuangan, dan menggantikan tatanan tradisional yang ada dengan tatanan yang baru yang didasarkan pada memanipulasi massa. 

Karya ini dipopulerkan oleh mereka yang menentang gerakan revolusioner, dan disebarkan lebih jauh setelah Revolusi Rusia 1905, dan menjadi terkenal di seluruh dunia setelah Revolusi Oktober Bolshevik 1917, ketika gagasan bahwa Bolshevisme merupakan suatu persekongkolan untuk dominasi dunia memicu minat yang meluas terhadap Protokol. Selain itu, terjadinya Depresi Besar merupakan perkembangan penting dalam sejarah Protokol. Teks ini diedarkan luas di Barat pada 1920-an dan 1930-an, dan sementara Protokol ini makin jarang dipergunakan sebagai alat propaganda setelah kalahnya Nazi dalam Perang Dunia II, namun dokumen ini masih sering digunakan sebagai senjata dari anti-Semitisme masa kini.

Adapun awal kemunculan prokol pertama kali adalah berasal dari Rusia yang di populerkan oleh Sergei Nilus. Meskipun Nilus berupaya menutupi ini dengan memasukkan kata-kata yang terdengar Prancis ke dalam  beberapa edisi. Namun, Cesare G. De Michelis berpendapat bahwa hal itu diciptakan pada bulan-bulan setelah kongres Zionis Rusia pada bulan September 1902, dan pada awalnya merupakan parodi idealisme Yahudi yang dimaksudkan untuk sirkulasi internal di antara antisemit sampai diputuskan untuk membersihkannya dan publikasikan seolah-olah itu nyata. Kontradiksi diri dalam berbagai kesaksian menunjukkan bahwa orang-orang yang terlibat mengaburkan asal-usul teks dan berbohong tentang hal itu dalam beberapa dekade sesudahnya adalah orang-orang yang antisemit.

Tahun 1903, bagian-bagian Protokol diterbitkan secara berseri di sebuah koran Rusia, Znamya (The Banner). Versi Protokol ini bertahan dan diterjemahkan ke lusinan bahasa, dan pertama kali diterbitkan di Rusia pada tahun 1905 sebagai lampiran pada akhir buku dari The Great in the Small: The Coming of the Anti-Christ and the Rule of Satan on Earth, oleh penulis dan mistikus Rusia, Sergei Nilus.

Dalam 24 bab, atau Protokol, yang diduga notulen pertemuan para pimpinan Yahudi itu, "menguraikan rencana rahasia" Yahudi untuk menguasai dunia dengan memanipulasi ekonomi, mengendalikan media, dan menyuburkan konflik keagamaan. Selain itu tujuan protokol ini adalah sebagai alat untuk mengkambinghitamkan orang Yahudi yang dipersalahkan oleh kaum monarkis atas kekalahan dalam Perang Rusia-Jepang dan Revolusi Oktober 1905. 

Selepas Revolusi Rusia tahun 1917, beberapa emigran anti-Bolshevik membawa Protokol  tersebut ke Barat. Tak lama setelahnya, berbagai edisinya menyebar di seluruh Eropa, Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan bahkan Jepang yang bisa terbilang tidak ada penganut Yahudi di negaranya. Akhirnya mulai tahun 1920 Protokol mulai dilakukan penerjemahan ke Bahasa Arab, selain itu koran milik jutawan mobil Henry Ford, The Dearborn Independent, menerbitkan artikel berseri yang didasarkan, sebagian, pada Protokol. The International Jew, buku yang dicakup dalam seri ini, diterjemahkan ke setidaknya 16 bahasa. Dalam hal ini Henry Ford turut serta mendanai pencetakan 500.000 eksemplar yang didistribusikan di seluruh Amerika Serikat pada 1920-an. 

Adapun pada Era Nazi, Pencetus ideologi partai Nazi Alfred Rosenberg mengenalkan Hitler ke Protokol selama awal 1920-an, saat Hitler sedang mengembangkan wawasannya tentang dunia. Hitler menyebut-nyebut Protokol pada beberapa pidato di awal karier politiknya, dan, sepanjang kariernya, dia mengeksploitasi mitos bahwa "Yahudi-Bolshevis" berkonspirasi untuk menguasai dunia. Selama tahun 1920-30an, Protokol ini memainkan peran penting dalam senjata propaganda Nazi. Partai Nazi menerbitkan setidaknya 23 edisi Protokol antara tahun 1919 dan 1939. Setelah Nazi berkuasa pada 1933, beberapa sekolah menggunakan Protokol untuk mengindoktrinasi para siswa.

Namun, pada tahun 1935, sebuah pengadilan di Swiss mendenda dua pimpinan Nazi karena menyebarkan Protokol edisi bahasa Jerman di Berne, Swiss. Hakim agung menyatakan bahwa Protokol adalah "fitnah", "kepalsuan yang nyata," dan "omong kosong yang konyol." Bahkan senat AS mengeluarkan laporan pada tahun 1964 yang menyatakan hal itu adalah "rekayasa" dan "celotehan" serta mengkritik pihak-pihak yang "menjajakan" Protokol karena menggunakan teknik propaganda yang sama seperti Hitler. Meskipun berulang-ulang dibongkar sebagai penipuan, Protokol terus menjadi teks antisemit yang paling berpengaruh dalam seratus tahun terakhir, dan terus memikat berbagai individu dan kelompok antisemit. 

Adapun protokol dewasa ini berdasarkan Laporan tentang Anti-Semitisme Global dari Departemen Luar Negeri AS 2004, "Maksud nyatanya adalah memicu kebencian terhadap Yahudi dan Israel." Di Amerika Serikat dan Eropa, buku-buku yang didasarkan pada Protokol tersedia di seluruh dunia, bahkan di negara yang nyaris tidak ada Yahudinya, seperti Jepang. Banyak buku ajar di dunia Arab dan Islam mengajarkan Protokol sebagai fakta. Sangat banyak pidato politik, editorial, dan bahkan kartun anak-anak dibuat berdasarkan Protokol. 

Dengan adanya perkembangan Internet yang pesat, hal ini juga mendorong meningkatnya akses ke Protokol secara dramatis. Sekalipun banyak situs Web membeberkan Protokol sebagai penipuan, Internet memudahkan distribusi Protokol untuk menyebarkan kebencian terhadap kaum Yahudi. Saat ini, sebuah pencarian biasa di Internet akan memunculkan ratusan ribu situs yang menyebarkan, menjual, atau memperdebatkan Protokol atau membeberkannya sebagai penipuan.

Dalam hal ini saya juga tidak ingin menyebutkan bahwa protokol tersebut adalah berita kebohongan (hoax) atau bukan, karena pada akhirnya tuduhan yang dilakukan oleh orang-orang yang antisemitisme, kini diwujudkan oleh bangsa Yahudi sendiri dalam sebuah Pergerakan Politik Internasional terbesar dan berpengaruh di dunia yaitu Zionisme, yang dengan tujuan awal atau utamanya adalah “Memiliki kepemilikan hak atas Tanah Perjanjian yang dijanjikan oleh Tuhan kepada bangsa Yahudi. Lalu sebagai bentuk The Revanchisme Politic (Politik Balas Dendam), mereka akhirnya melakukan segala cara untuk merebut tanah jajahan, mewujudkan tuduhan yang ada dalam kemunculan Protokol Antisemitisme tersebut, sampai akhirnya terwujudlah cita-cita mereka yaitu berhasil menguasai Yerussalem sebagai tanah suci mereka, yang pada akhirnya menyebabkan Palestina tergusur. Saya membuktikan hal ini dalam sebuah kecurigaan saya terhadap google maps, bahwa ketika saya melakukan pencarian ‘Palestina’, yang muncul tidak ada ‘Palestina’ melainkan adalah ‘Israel’, tetapi ini masih menjadi kontroversi politik mengenai hal tersebut. 

Sebenarnya perebutan dan perdebatan mengenai permasalahan geografis kota suci Yerussalem yang terus digencarkan oleh bangsa Yahudi, tidak terlihat dalam situasi seperti sekarang ini saja. Sejak dahulu, bangsa Yahudi sudah melakukan perang perebutan mengenai kota suci Yerussalem dengan bangsa Palestina (bangsa yang mendiami tanah Yerussalem), yang mereka yakini dalam segi agama sebagai "tanah suci atau tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka." Atas dasar itulah bangsa Yahudi atau Israel merasa memiliki hak kepemilikan dan melancarkan segala cara untuk merebut kota suci Yerussalem. Hanya saja hal itu terus mengalami kegagalan, dengan munculnya diskriminasi antisemitisme yang melakukan masa pembantaian dan pembuangan kaum Yahudi sampai akhirnya terjadi diaspora. Namun, sejak munculnya Zionisme sebagai bentuk The Revanchisme Politic, kekuatan politik Yahudi semakin lama semakin kuat, membesar dan menjadi sorotan di kancah dunia Internasional. 

Pada Tahun 1947, PBB menyetujui adanya pembagian Negara Palestina menjadi dua Negara, yaitu Negara Yahudi dan Negara Arab. Pada 14 Mei 1948, Israel memproklamasikan kemerdekaannya yang langsung diikuti oleh peperangan Negara-negara Arab di sekitarnya yang menolak rencana pembagian tersebut. Israel kemudian memenangkan perang tersebut dan mengukuhkan kemerdekaannya. Akibat perang ini pula, Israel berhasil memperluas batas wilayah negaranya yang melebihi batas wilayah yang ditentukan oleh Rencana Pembagian Palestina dan terus-menerus berseteru dengan Negara Arab tetangga, yang menyebabkan peperangan dan kekerasan terus berlanjut. Selain itu, sejak berdirinya Negara Israel dan gerakan Zionisme adalah bertujuan untuk melakukan advokasi atas nama Negara Yahudi. Bahkan untuk tetap menjadi kuat, Israel melakukan diplomatic dengan Negara-negara Barat yang mulai mengakui adanya Negara Israel, terutama dalam bidang politik dan ekonomi, seperti Amerika Serikat, Inggris, dsb. Inilah yang menjadi bagian dari Keajaiban Mitos Protokol Para Tetua Zion, di dukung dengan adanya cita-cita bangsa Israel sendiri yang sejak dahulu ingin menguasi kota suci Yerussalem.

Pada akhirnya terbentuklah Yahudi sebagai sebuah agama yang memiliki Negara sendiri. Namun perlu kita ketahui, bahwa tidak semua umat Yahudi di dunia adalah Zionis, tetapi memang kebanyakan dari kaum Yahudi adalah Zionis. Bahkan ada orang-orang atau kelompok Yahudi sendiri yang antizionis, yang penamaannya berbeda dari antisemit. 

Referensi :
1. John Spargo-The Jew and American Ideals. 
2. Svetlana Bo-Conspiracy Theories and Literaly Ethics: Umberto Eco, Danilo Kis and The Protocols of Zion. Comparative Literature, Spring.
3. Dikutip dari Wikipedia, Protokol Para Tetua Sion, di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Protokol_Para_Tetua_Sion
4.Dikutip dalam Ensiklopedia Holocaust, Protokol Para Tetua Zion, di https://encyclopedia.ushmm.org/content/id/article/protocols-of-the-elders-of-zion
5. Dikutip dalam Wikipedia De Michelis 2004, h. 76-80, Protokol Para Tetua Sion di https://en.m.wikipedia.org/wiki/The_Protocols_of_the_Elders_of_Zion 
6. Dikutip dalam Wikipedia, Zionisme, di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Zionisme
7. Dikutip dalam sarapanagi.org, Ibrani, Israel dan Yahudi di http://www.sarapanpagi.org/ibrani-israel-yahudi-vt8304.html
8. Dikutip dalam Wikipedia, Orang Yahudi di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Orang_Yahudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bedah Buku: Integrasi Ilmu

  Integrasi Ilmu, Mulyadhi Kartanegara - Sebuah Rekonstruksi Holistiks sebuahresensi buku, karya abal-abal - Azhar Azizah Dalam hal ini basis sebagai dasar atau asas antara ilmu-ilmu agama dan juga ilmu-ilmu umum adalah satu dan sama, hal ini telah banyak di jelaskan dalam bab sebelumnya tentang teori wahdah al-wujud Mulla Sadra. Perbedaan yang terjadi diantara ilmu-ilmu agama dan juga ilmu-ilmu umum hanya sebatas pada pemilahan semata bukan pemisahan apalagi mengakibatkan pada penolakan ilmu-ilmu tersebut satu sama lain. Tujuan dilakukannya pemilahan ini menurut Mulyadi adalah bahwa ilmu-ilmu agama dapat menuntun kehidupan ruhani manusia sedangkan ilmu-ilmu umum dapat membimbing kehidupan duniawi manusia yang keduanya sama-sama penting dan bermanfaat.  Get it on below. Free!⏬ https://bit.ly/BedahBukuIntegrasiIlmu